Kebijakan ketahanan pangan merupakan
prioritas nasional yang tertuang di dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018.
Kebijakan tersebut ditempuh melalui peningkatan produksi pangan dan program
prioritas pembangunan sarana dan prasarana pertanian.
Selama tahun 2018 ini BPS telah melaksanakan
serangkaian kegiatan guna mendukung prioritas nasional tersebut. Di antaranya
Survei Ubinan, Survei Pertanian Antar Sensus 2018 (SUTAS), Survei dengan metode
Kerangka Sampel Area (KSA), dan Survei Konversi Gabah ke Beras (SKGB).
Untuk survei dengan metode KSA, dilakukan
dengan pengamatan langsung terhadap sampel segmen yang dibentuk dari citra
satelit dan bertujuan untuk mengestimasi luasan dalam periode pendataan yang
relatif pendek.
Tidak terasa pelaksanaan
Survei Kerangka Sampel Area (KSA) sudah hampir satu tahun lamanya di tahun 2018
ini dan di tahun sebelumnya metode ini juga sudah diujicobakan di bulan
Mei-Agustus 2017. Banyak cerita suka duka dari rekan-rekan yang tidak lain
adalah para petugas pengumpul data di lapangan. Hujan, panas terik, gunung,
sungai, hutan semua dijalani petugas dengan penuh semangat. Ditambah lagi
kondisi akses jalan yang terkadang sulit menuju ke lokasi responden
(sawah/kebun/tegalan). Itu semua tidak menyurutkan semangat petugas dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya hanya untuk satu tujuan yaitu data
pertanian yang lebih baik, akurat dan berkualitas.
Pelaksanaan KSA itu sendiri dilakukan
setiap tanggal 25-30 di setiap akhir bulannya. Adapun tujuan KSA adalah untuk mengestimasi luas
panen padi secara lebih akurat dengan cara mengumpulkan foto tanaman padi pada
berbagai fase tanam yaitu mulai fase pengolahan lahan hingga fase pengolahan
pasca panen (satu musim tanam).
Metode ini merupakan hasil kerjasama antara
BPS bersama dengan lembaga lain seperti Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Agraria dan
Tata Ruang (ATR), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Metode KSA memanfaatkan perkembangan teknologi
terkini. Yaitu pencitraan satelite imagery, salah satu jenis big data dan
ponsel berbasis android, yang telah diinstal aplikasi KSA. Sehingga petugas
survei pun dapat mengamati kondisi lahan apakah berada dalam kondisi fase persiapan
lahan, fase vegetatif, fase generatif, fase panen, lahan puso, lahan sawah
bukan padi, atau lahan bukan sawah serta memotret hasil pertumbuhan padi di lokasi
titik koordinatnya yang pada akhirnya diperoleh data pertanian yang objektif,
akurat, cepat dan terupdate.
Setelah diperiksa lewat satelit, petugas akan
datang ke setiap titik untuk memotret dan mengirimkan pertumbuhan tanaman lewat
aplikasi yang dibuat BPS dan BPPT. Pengaturan juga dilakukan supaya petugas
harus melakukan pemotretan sesuai lokasi sampel penugasannya.
Belakangan isu terkait akurasi data statistik
produksi beras menjadi salah satu isu dan polemik di berbagai kalangan. Hal ini
karena besar peranannya dalam pengambilan kebijakan pangan yang berkaitan
dengan penentuan harga pangan. Sebelum ada perhitungan dengan metode baru KSA
ini, perhitungan data produksi gabah dan beras dilakukan dengan metode pengamatan
mata petugas sebagai pengumpul data (eye estimate). Pada prakteknya metode ini mudah
dilaksanakan di lapangan, tetapi masih memiliki kekurangan, yaitu rendahnya
akurasi dan waktu pengumpulan data yang cukup lama.
Secara garis besar, tahapan perhitungan
produksi beras dimulai dari perhitungan luas lahan baku sawah nasional,
perhitungan luas panen dengan Kerangka Sampel Area (KSA), perhitungan tingkat produktivitas
lahan per hektare, serta perhitungan angka konversi dari gabah kering panen
(GKP) ke gabah kering giling (GKG) dan angka konversi dari GKG ke beras.
Dengan begitu, metode KSA dapat
menghitung produksi gabah nasional serta penyusutannya dalam proses produksi.
Nantinya, gabah kering panen (GKP) petani bakal ditelusuri ke gabah kering
giling di penggilingan hingga diproses menjadi beras. Sehingga hasil
akhir BPS nantinya sudah berupa neraca beras. (SR)